Strategi NEW NORMAL di Sekolah dan Rumah

By Derekoo Irfan Amanullah


Senin kemarin per tgl 1 Juni 2020, jalanan di Surabaya sudah mulai kembali ramai dengan kendaraan berlalu lalang. Beberapa jajanan dan warung tenda di pinggir jalan juga sudah mulai berjejeran dan antri pengunjung, meskipun masih belum menyediakan tempat untuk makan di tempat. Sepertinya tidak akan ada kursi yang disediakan untuk pengunjung dalam waktu dekat.

New Normal mulai terlihat, setiap orang harus disiplin menjaga diri mereka masing-masing, sambil tetap beraktifitas dan memutar roda perekonomian masyarakat.

Bagaimana dengan pendidikan? Apa arti New Normal bagi Anak Berkebutuhan Khusus, dan bagaimana peran dari guru dan orangtua? Yuk kita bahas satu persatu.

Peran Guru di Sekolah

Saat ini ada 2 skenario yang perlu kita bahas, yaitu jika sekolah jadi masuk di tahun ajaran baru, dan jika sekolah masih diliburkan untuk waktu yang tidak bisa ditentukan. Pertama, jika sekolah jadi masuk, guru dan pihak sekolah secara keseluruhan harus memberikan setting New Normal yang jelas bagi murid dengan bantuan visual di sekeliling sekolah.
Setting seperti apa yang dimaksud? Guru harus bisa memberikan petunjuk-petunjuk di kelas, di lorong, di kamar mandi, dan di mana saja demi memahamkan setiap murid tanpa perlu bergantung pada guru yang memberikan instruksi. Contohnya, kita bisa memberikan gambar kaki berbaris di depan kelas dengan jarak antara kaki 1 meter atau lebih (tergantung luas dan bentuk sekolah), agar murid-murid bisa melihat petunjuk tersebut dan langsung berdiri di atas masing-masing gambar kaki setiap kali berbaris sebelum masuk kelas. Bahkan mungkin kita bisa berikan gambar kaki dengan berbagai warna, atau bahkan gambar kaki hewan supaya mereka bisa mencari kaki favorit mereka. Jika kita tidak berikan petunjuk itu, bayangkan saja bagaimana “chaos” yang terjadi ketika guru mengulang-ulang instruksi berbaris dengan jarak tertentu, sedangkan murid-murid berlarian kesana kemari, khususnya murid-murid di tingkat TK dan SD kelas kecil.
Kedua, setting yang harus dilakukan guru jika SFH (School From Home) berlanjut sampai dengan waktu yang belum bisa ditentukan kapan. Melihat dari pengalaman SFH sejak bulan Maret, kita sudah bisa melihat banyak sekali kelemahan dari sistem tersebut. Mulai dari isu keterbatasan gawai, karena tidak semua orangtua punya smartphone | laptop | desktop yang bisa digunakan anak sewaktu-waktu untuk sekolah. Anak berkebutuhan khusus pun sudah hampir bisa dipastikan tidak akan mengikuti kelas zoom di laptop dengan baik, orangtua harus berusaha ekstra dengan menghubungi guru terkait dan menanyakan tugas dan materi hari ini, baru mengajarkan materi tersebut ke murid.
Nah pertanyaannya sekarang, bagaimana cara mengantisipasi masalah-masalah seperti ini ke depannya. Sabri Learning Process percaya bahwa cara terbaik mengajar anak adalah secara langsung. Di era New Normal ini, sabri learning process menawarkan 2 cara yang paling efektif agar bisa tetap mengajar anak secara langsung, yaitu menjalankan program Home Training (guru datang ke rumah murid) dengan prosedur ketat, dan atau melatih orangtua bagaimana mengajarkan anak di rumah dengan baik dan benar.

Peran Orangtua di Rumah

Orangtua sangat berperan ke kondisi mental/psikis ananda, berikut pemahaman dasar anak tentang apa dan bagaimana menerapkan New Normal (karena New Normal seharusnya gak cuma di sekolah aja dong ya, yekan?) Sehingga idealnya anak akan terbiasa dengan ritual baru, bahkan sebelum masuk sekolah.

Bagaimana caranya?

Terapkan cara yang kurang lebih sama dengan cara di sekolah, tapi dengan modifikasi kegiatan-kegiatan di rumah dan konsep tarik ulur yang lebih sering. Namun demikian, tetap selingi dengan pemahaman secara verbal tentang pandemi dan bagaimana menghadapinya. Jangan berharap anak akan langsung mampu menerima dan memahami di hari pertama, sampaikan dengan bahasa yang positif, santai, dan berulang kali, biarkan anak menyerap informasi tersebut secara perlahan. Berikan contoh untuk penguatan.
Selain itu, orangtua juga harus lebih siap untuk mempelajari dan memahami konsep dari setiap pelajaran sekolah agar bisa mengajarkan ke anak. Jangan paksakan diri anda untuk menjadi guru yang sempurna, guru pun terdiri dari beberapa orang tergantung dari kompetensinya masing-masing. Orangtua tidak didesain menjadi guru, rumah pun tidak didesain untuk belajar. Lakukan SFH dengan maksimal, tapi tidak perlu menerapkan standart yang terlalu tinggi.

Bagaimana dengan anda? Apa tips anda dalam mengajarkan anak di rumah selama pandemi? Yuk sharing di sini, have a good day!

Komentar

BACA TULISAN LAINNYA